Jakarta, ArahJatim.com – Sebagai bentuk solidaritas dan empati atas musibah gempa bumi, tsunami dan likuifaksi yang melanda Kabupaten Lombok Utara, Kabupaten Donggala dan Kabupaten Sigi, Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (Apkasi) menghimpun dana dan menggerakkan seluruh anggotanya untuk bersama bahu-membahu membantu saudaranya yang tertimpa musibah. Bantuan tersebut diserahkan secara simbolis di Kantor Sekretariat Apkasi, Jakarta, Kamis (29/11/2018).
Bantuan kepada Pemerintah Kabupaten Donggala diserahkan oleh yang pertama dr. Hasto Wardoyo (Bupati Kulon Progo) sebesar Rp.146.619.900 dan kedua dari Pemerintah Kabupaten Bogor diserahkan oleh Nurhayanti (Bupati Bogor) sebesar Rp.500.000.000. Serta bantuan Rp.2,5 M untuk renovasi masjid di Kabupaten Lombok Utara diserahkan Ketua Umum Apkasi, Mardani H. Maming atas nama PT Batulicin 69. Sebelumnya, hampir selama dua bulan Apkasi bekerjasama dengan Pemkab Tanah Bumbu mendirikan Posko dan dapur umum di Kabupaten Sigi yang melayani 6.000 hingga 7.000-an paket makanan setiap harinya.
Baca juga :
- Serentak Di Seluruh Indonesia Tari Gemu Famire Pecahkan Rekor Muri
- 3 Fotografer Cabul Diciduk Polres Lumajang, Sejumlah ABG Jadi Korban
- Sidang Berlangsung Menegangkan, Dijaga Polisi Bersenjata Lengkap
Selain agenda penyerahan bantuan sosial, Apkasi juga memanfaatkan momen tersebut untuk melakukan pergantian pengurus antar waku, yakni menunjuk Najmul Akhyar, Bupati Lombok Utara selaku Sekretaris Jenderal (Sekjen) menggantikan pejabat lama yang tersandung masalah hukum.
“Pergantian ini sangat penting bagi roda organisasi, agar Apkasi bisa segera berjalan kembali dan diperlukan pejabat yang bisa bergerak cepat mengingat saya sendiri sebenarnya sudah harus pensiun karena sudah mundur dari jabatan bupati sejak bulan Juli lalu,” ujar Mardani H. Maming.
Mardani lantas menitipkan tugas agar Sekjen yang baru ini nanti lebih aktif memperjuangkan kepentingan anggota terutama di dalam memperoleh kepastian hukum dalam menjalankan tugas dan perannya sebagai kepala daerah.
“Dulu kita ini menjabat bupati ada rasa kebanggaan tersendiri, sekarang kondisinya berubah menjadi tidak nyaman. Tidak ada lagi rasa saling mengayomi di antara komponen bangsa ini, malah saling mencurigai dan hidup ini rasanya penuh was-was tiap harinya,” keluh Mardani.