Kediri, ArahJatim.com – Hanya gara-gara diumpat, seorang oknum aparat keamanan mengeluarkan senjata api dan menodongkan ke arah kepala pendagang angkringan di Kota Kediri. Beruntung warga langsung melerai sehingga tidak sampai terjadi penembakan.
Muhammad Sholeh (18) alias Kipli, korban penodongan oknum aparat polisi. (foto:ArahJatim.com/das)
Nasib kurang beruntung ini dialami Muhammad Sholeh (18), warga Kelurahan Semampir, Kecamatan Kota Kediri. Sehari hari dia bekerja di angkringan Gon Cangkruk di Jalan PK Bangsa, Kota Kediri. Pemuda yang akrab dengan sapaan Kipli inilah yang menjadi korban penodongan senjata api.
Kipli menututkan, peristiwa menakutkan itu, terjadi di pinggir jalan depan Sekolah Dasar Negeri (SDN) Banjaran 4 Kota Kediri, sekitar pukul 17.00 WIB. Saat itu, dirinya hendak buka lapak angkringan di depan Kantor Kompas TV Kediri.
Setelah memarkir sepeda motor Honda CB warna kuning dengan nomor polisi AG 6935 V, Kipli berniat mengambil rombong yang disimpan di belakang Kios Pizza Pentis, sebelah barat Taman Makam Pahlawan (TMP) Kota Kediri. Dia berjalan ke Timur dari sisi sebelah Selatan jalan satu arah itu (Timur ke Barat).
Kipli berjalan kaki sambil bermain handphone (HP). Tiba-tiba ada sebuah sepeda motor jenis Ninja berwarna hijau yang dikendarai dua orang laki-laki dan perempuan berboncengan dari arah timur ke barat dan nyaris menyerempetnya. Sontak pemuda bertubuh cungkring itupun langsung mengumpat.
“Saya lihat sepeda motor Ninja warna hijau itu hendak mendahului mobil jenis Avanza di depannya. Tetapi pengendara menyalip dari sebelah kiri dan hampir menyerempet saya. Spontan saya mengumpat dan berteriak,” ujar Kipli, Sabtu (20/1/2018) petang.
Kipli tidak menyangka peristiwa itu berlanjut. Ternyata pengendara motor Ninja dengan ciri-ciri ada cutting stiker gambar kartun di bodinya tersebut berhenti tepat di lokasi biasanya menggelar lapak angkringan. Lalu pengendara laki-laki turun dan menghampiri korban.
“Awakmu kok misuhi,” kata Kipli menirukan kata-kata pelaku yang terlihat emosi.
“La sampean mepet,” imbuh Kipli menjawab pertanyaan pelaku. Tiba-tiba pelaku mengeluarkan sebuah senjata api jenis pistol dari pinggangnya.
Pistol tersebut masih terbungkus sarung atau selontong. Tetapi pelaku berusaha memukul korban memakai senjata yang digenggamnya tersebut. “Pelaku mengayunkan pistolnya beberapa kali, tetapi saya berusaha menghindar. Saya bilang sepurane pak, sepurane pak,” imbuh korban meminta maaf kepada pelaku.
Pelaku justru menodongkan pistolnya ke pipi korban.
“Kowe engko tak bedil,” imbuh korban, meniru ucapakan pelaku. Teman perempuan pelaku yang sebelumnya dibonceng berusaha menghalang-halangi.
“Wis to pah ojo pah,” kata Kipli mengulang perkataan perempuan berhijab warna putih yang merangkul pelaku.
Pengendara Ninja warna merah lainnya yang berjalan di depan pelaku berhenti setelah mengetahui. Laki laki itu kemudian putar balik ke arah pelaku yang terlibat pertikaian dengan pedagang kopi. Dia berusaha melerai.
Andhimas Budi, reporter Kompas TV Kediri yang kebetulan berada di dalam kantor ikut melerai. Dia mengetahui peristiwa itu setelah mendengar ada teriakan keras di luar kantor yang mengganggu proses produksi berita.
“Saya mendengar ada orang berteriak seperti orang yang sedang berkelahi di luar. Seketika saya keluar kantor. Ternyata ada seseorang yang ditodong senjata api. Saya langsung berlari ke arah. Saya bilang sudah mas sambil saya rangkul korban. Teman pelaku yang mengendarai motor Ninja warna merah juga ikut melerai,” kata Andhimas.
Pelaku akhirnya mengurungkan niat untuk melukai korban.
“Saat saya lerai, teman pelaku bilang kepada korban apabila pelaku seorang aparat, sehingga jangan berbuat seperti itu (red: mengumpat pelaku),” ucap Andhimas menambahkan.
Masyarakat setempat dan juga korban tidak mengenali identitas pelaku. Tetapi mereka masih mengingat ciri-cirinya yaitu, bertubuh gemuk dan berkulit agak gelap serta rambutnya ikal.
“Yang saya ingat perutnya jembling (red: gendut). Tetapi wajahnya kurang jelas, karena memakai helm,” kata Kipli sembari mengingat perilaku pelaku. Kipli masih tampak shock. Dia merasa ketakutan.
Saat ini, Tim Provost Polresta Kediri mendatangi lokasi penodongan. Petugas meminta keterangan korban dan para saksi untuk mengetahui pelaku penodongan yang ditengarai oknum aparat tersebut. (das)