Surabaya, ArahJatim.com – Indonesia adalah negeri yang sangat kaya. Selain memiliki tanah yang subur, Indonesia juga dikaruniai beraneka ragam sumber daya alam seperti bahan tambang, hasil hutan, hasil perkebunan, hasil laut dan lain-lain.
Namun mengapa dua dekade jelang ulang tahun kemerdekaannya yang ke-100 masih banyak rakyat Indonesia hidup di bawah garis kemiskinan.
Kenyataan ini menjadi keprihatinan pemerhati sosial Ong Hengky Ongkywijoyo. Menurut pria yang juga berprofesi sebagai pengusaha bidang impor alat-alat berat ini, Indonesia adalah negara yang luar biasa, sumber daya alamnya melimpah, wilayahnya juga luas. Kita harus bisa memanfaatkan kondisi Indonesia yang begitu luar biasa ini untuk kita olah sendiri.
Ong Hengky teringat lirik lagu Koes Plus yang berjudul Kolam Susu. Dalam liriknya band legendaris Indonesia itu menceritakan bagaimana melimpahnya kekayaan alam Indonesia.
“Koes Plus dalam lirik lagunya mengatakan bahwa laut di Indonesia ini ibarat kolam susu. Di Indonesia ini, untuk menangkap ikan di laut, cukup menggunakan kail dan jala. Dengan dua alat itu, sudah bisa mencukupi kebutuhan masyarakat di sekitarnya akan ikan laut,” ucap pengusaha sukses ini.
Bahkan untuk menggambarkan betapa suburnya alam di Indonesia, sambung Hengky, Koes Plus dalam lirik lagu tersebut mengatakan bahwa tongkat kayu dan batu saja jika diletakkan bisa menjadi tanaman.
Itulah gambaran keadaan alam di Indonesia, sangat subur dan sangat kaya. “Namun mengapa, kekayaan alam di Indonesia itu tidak bisa merata dirasakan rakyat Indonesia?,” paparnya penuh tanya.
Menurut Ong Hengky, Tuhan telah menganugerahi bangsa Indonesia kekayaan alam yang melimpah sesuai dengan potensi dan kebutuhan daerahnya, namun kenapa masih banyak daerah belum bisa mengelolanya.
“Sedih sekali saya jika mendapati bahwa masih ada wilayah di Indonesia ini belum tergarap dengan maksimal,” kata Ong Hengky.
Ong Hengky mencontohkan Pulau Sumatera, Kalimantan atau Papua yang begitu luas dengan kekayaan alamnya yang sangat melimpah. Namun, kenapa tak banyak masyarakat Indonesia yang bersedia untuk menetap di sana. Semua ingin berkutat di Pulau Jawa.
“Ini karena pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) yang kurang, artinya Sumber Daya Manusia (SDM) nya (untuk mengelola SDA tersebut) masih belum tersebar secara merata di pulau-pulau yang ada di Indonesia,” ujarnya.
Karena itulah, bapak tiga anak ini menaruh harapan besar, seluruh masyarakat Indonesia serta para pemangku kebijakan, lebih arif dan bijaksana dalam mengelola kekayaan alam Indonesia yang melimpah ini.
Begitu cintanya kepada negeri ini, Ong Hengky sampai memberikan pandangan dan ide-idenya untuk memaksimalkan pembangunan dan pemanfaatan kekayaan alam Indonesia menuju Indonesia Emas 2045.
Menurutnya hal pertama yang harus dilakukan adalah melakukan perubahan pada sistem pendistribusian dan pengangkutan hasil alam dari daerah ke kota.
Karena pertumbuhan ekonomi masih berpusat di Pulau Jawa membuat banyak potensi sumber daya alam di daerah belum tergarap dengan baik. Begitu pula infrastruktur penunjang kegiatan ekonomi belum terbangun secara merata di seluruh penjuru tanah air.
Saat ini lanjut Ong Hengky, masih banyak jalan-jalan di pedesaan atau daerah terpencil yang lebarnya kurang memadai sehingga hasil kekayaan alam itu tidak bisa terdistribusikan dengan cepat.
“Kalau saya perhatikan, lebar jalan di daerah-daerah yang ada di Indonesia ini masih kurang lebar. Pemerintah memang sudah melakukan pembangunan pelebaran jalan, bahkan membuka akses jalan supaya bisa dilalui truk-truk pengangkut hasil bumi,” kata Ong Hengky.
Namun, lanjut Ong Hengky, lebar jalannya belum memadai hanya empat sampai enam meter saja. Idealnya, jalan-jalan yang menghubungkan antara daerah terpencil atau desa dengan pusat kota haruslah 10 sampai 12 meter.
Begitu juga dengan jalan-jalan utama di negeri ini. Dengan wilayah yang sangat luas, seharusnya lebar jalan-jalan utama di tiap-tiap propinsi, idealnya 15-20 meter.
“Mengapa harus lebar? Kita ambil contoh, untuk mengangkut hasil bumi yang sangat melimpah itu, idealnya menggunakan truk-truk besar, sehingga bisa mengangkut hasil bumi dalam jumlah banyak,” tutur pria kelahiran Surabaya ini.
Di Indonesia, sambung Ong Hengky, truk-truk pengangkut hasil bumi itu hanya bisa mengangkut dalam kapasitas atau jumlah yang kecil. Truk-truk pengangkut yang melintas di daerah terpencil atau pedesaan itu juga tidak banyak. Paling banyak 2-3 truk saja, sehingga tidak efektif.
“Ketika di suatu daerah itu menghasilkan hasil bumi yang melimpah, sepatutnya semua hasil bumi itu dapat diangkut, didistribusikan ke perkotaan secara serentak sehingga tidak ada yang ditandon atau disimpan dulu karena terbatasnya moda transportasi,” jelas Ong Hengky.
Jika terlampau lama disimpan, sambung Ong Hengky, hasil kekayaan alam terutama hasil pertanian tersebut akan menjadi rusak dan tidak mempunyai nilai jual.
“Truk-truk pengangkut hasil bumi dan hasil pertanian itu, juga tidak bisa melaju dengan cepat karena lebar jalan di Indonesia masih kurang memenuhi standar. Akhirnya yang terjadi adalah, hasil bumi dan hasil pertanian itu, yang seharusnya hitungan 1-2 hari bisa sampai, menjadi lebih lama, bisa hitungan minggu,” tandasnya.
Ong Hengky melanjutkan, jika transportasi pengangkutan hasil bumi dan hasil pertanian itu tidak tertahan oleh hambatan perjalanan tadi maka ketika tiba di tempat pendistribusian hasil bumi atau hasil pertanian tersebut masih dalam keadaan segar.
“Kalau hasil bumi atau hasil pertanian itu dijual dalam keadaan masih segar, nilai jualnya juga tinggi. Hasil penjualannya akan bisa memakmurkan petaninya,” imbuhnya.
Ong Hengky juga mengajak putra putri Indonesia yang menimba ilmu di luar negeri untuk kembali ke tanah air, membangun negeri tercinta dengan ilmu yang didapat. Membuat Indonesia makin maju dalam hal teknologi dan keilmuan.
“Di Indonesia ini, masih banyak sektor yang harus ditingkatkan lagi. Dan hal itu membutuhkan keilmuan yang lebih modern,” jelas Ong Hengky.
Ong Hengky mencontohkan salah satu sektor yang memerlukan sentuhan ilmu pengetahuan agar jauh lebih maju dan modern adalah pertanian. Dengan kondisi tanah yang sangat subur, ditambah sentuhan ilmu pertanian yang modern, maka hasil pertanian yang diperoleh akan jauh lebih melimpah dan lebih berkualitas. Tentu hal ini bisa membuat para petani lebih sejahtera karena mendapat keuntungan lebih besar.
Kemudian masalah pengolahan hasil bumi seperti hasil tambang, juga memerlukan sentuhan ilmu pengetahuan agar hasilnya jauh lebih baik.
“Anak-anak muda itu harus diingatkan kembali bahwa negeri ini sangat kaya dan semua daerahnya sangat subur dengan kualitas tanahnya yang sangat bagus. Jadi, manfaatkanlah kekayaan alam Indonesia itu dengan sebaik-baiknya untuk kemakmuran masyarakat di seluruh Indonesia,” papar Ong Hengky.
Ong Hengky berharap pandangan-pandangan yang telah disampaikannya ini bukan sekadar mimpi atau angan-angan saja. Harus ada pihak-pihak yang bisa mewujudkannya.
Ia ingin harapannya ini juga didengar dan ditindaklanjuti oleh para pemangku kebijakan. Hal ini demi kemajuan Indonesia sehingga nanti di usianya yang ke-100 tahun, Indonesia bisa disejajarkan bahkan melebihi negara-negara maju lainnya. (aj)