Malang, Arahjatim.com – Dalam rangka sosialisasi 4 Pilar Majelis Perwakilan Rakyat (MPR) RI dan Reuni Akbar Paguyuban Kasepuhan se Malang Raya, menggelar seni budaya wayang kulit dengan Lakon Parikesit Jumeneng, Sabtu (23/11/2018) malam di Jalan Raya Plaosan, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Malang.
Dalam pentas wayang dengan dalang Ki Sugianto S.pd, hadir para pinisepuh Kasepuhan di Malang Raya. Acara diawali dengan Tari Payawangan dan Tari Gambyong. Tari ini disimbolkan sebagai penghormatan dan selamat datang bagi para tamu undangan. Melalui seni pertunjukan Wayang Kulit, 4 Pilar MPR RI diharapkan menjadi pedoman untuk menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) secara utuh. 4 Pilar yakni Pancasila, Undang-Undang Dasar (UUD) 45, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika, harus tertanam dalam jiwa seluruh rakyat Indonesia.
Kepala Biro Humas MPR RI, Siti Fauziah mengatakan, sosialisasi 4 Pilar MPR melalui seni budaya pagelaran wayang kulit bertujuan untuk melestarikan seni budaya luhur bangsa Indonesia.
“Kalau sebelumnya kita sosialisasi melalui seminar, saat ini coba kita arahkan melalui seni budaya. Dan Alhamdulillah antusiasme masyarakat sangat besar. Ini hal baru bagi MPR RI,” terang Fauziah, Sabtu (23/11/2018) malam dalam sambutannya.
Kata dia, dipilihnya seni budaya untuk mengemas program sosialisasi 4 Pilar MPR, disesuaikan dengan wilayah atau daerahnya.
“Kalau di Riau yang kita tonjolkan seni gurindam dan puisi. Tapi di Malang ini kita ambil pementasan wayang kulit. Karena seni wayang kulit ini tidak hanya tontonan semata. Tapi juga membawa banyak pesan dan tuntunan hidup bagi masyarakat,” beber Fauziah.
“Ada banyak hikmah dan pesan dalam pementasan wayang kulit. Dan generasi muda bangsa Indonesia, harus bersama-sama menjaga dan melestarikan seni budaya yang luhur ini,” tambah Fauziah.
Sementara itu, Sang Nyoman Astawa, Tenaga Pengajar Lemhanas RI yang juga mewakili Wakil Ketua MPR RI Ahmad Basarah yang berhalangan hadir dalam acara tersebut menegaskan, 4 Pilar MPR adalah tonggak yang harus dijaga seluruh lapisan bangsa.
“Empat pilar adalah pedoman bangsa ini. Pancasila, UUD 45, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika, sudah menjadi satu kesatuan yang kokoh dan tak bisa diganti lagi. Kalau sampai terganti, pasti akan muncul banyak korban,” papar Astawa yang juga pensiunan Polri berpangkat Komisaris Besar itu.
Baca juga :
- Tiap 5 Tahun Suku Tengger Semeru Gelar Ritual Adat Ini Untuk Tolak Bala
- Ribuan Warga Berebut Air Bekas Jamasan Gong Kyai Pradah, Ternyata Ini Alasannya
Astawa melanjutkan, perbedaan suku dan agama di Indonesia adalah sesuatu yang nyata dan tidak bisa dihindari. Namun, perbedaan itu tetap berjalan utuh karena kuncinya ada di Pancasila.
“Soal perbedaan agama tidak perlu diperdebatkan lagi. Kuncinya ada di Pancasila. Ayo kita pertahankan Pancasila dan UUD 45. Karena makna dalam Bhineka Tunggal Ika yakni tidak ada kebenaran yang mendua. Sebab itu, perbedaan adalah kekuatan bangsa Indonesia untuk terus maju,” tegas Astawa disambut aplaus ribuan masyarakat Desa Plaosan dan undangan.
Seperti lakon wayang malam ini, lanjut Astawa, Parikesit bermakna dimana dalam menegakkan atau melakukan suatu hal kebaikan, pastilah ada kerikil-kerikil kecil. Namun rakyat Indonesia, harus tetap bersatu.
“Sumpah pemuda tidak akan pernah ada jika tidak ada sumpah palapa. Dan sumpah palapa, tidak akan pernah ada jika tidak ada Majapahit. Sehingga, mari kita pertahankan adat istiadat yang positif bangsa ini,” pesan Astawa.
Terpisah, Sesepuh Kasepuhan Malang Raya, Sumadi menambahkan, dengan adanya sosialisasi 4 Pilar MPR, menjadikan NKRI semakin kuat dan bersatu. Sumadi berharap gelaran sosialisasi melalui seni budaya wayang kulit, agar tetap dilaksanakan secara kontinyu. Sehingga, MPR RI bisa bersama-sama menjalin komunikasi yang baik dengan rakyatnya. (AN)