Blitar, Arahjatim.com – Satu keluarga di Kelurahan Tawangsari, Kecamatan Garum, Kabupaten Blitar hidup di bawah garis kemiskinan. Mereka tinggal satu atap di sebuah gubuk reyot beralaskan tanah.
Kondisi rumah sangat jauh dari kata layak. Atapnya hampir roboh. Dinding rumah yang terbuat dari anyaman bambu juga sudah rapuh dan banyak yang berlubang. Bahkan bagian belakang rumah hanya ditutup dengan spanduk karena surah roboh.
Pemilik rumah tersebut adalah Rahmat Saji pria 51 tahun yang sudah beberapa tahun terkhir menderita stroke. Di rumah itu, Saji tinggal bersama istrinya Sri Utami (50), kedua anaknya Siti Nur Inayah dan Joko serta kakak Saji bernama Surip.
Ironisnya istri Saji, Sri Utami mengalami gangguan jiwa, sementara kakaknya Surip adalah lansia yang mengalami keterbelakangan mental sejak lahir. anak pertama Di dalam rumah, Saji nampak terbaring tidur di kasur lusuh, begitupula dengan kakak Saji Surip. Mereka bertiga dirawat oleh kedua anak-anak nya.
“Bapak sakit sudah empat tahun, untuk makan biasanya ibu ngerosok dapat uang untuk beli beras. Tapi kalau ibu gak ngerosok biasanya kami di kasih tetangga sekitar rumah untuk sehari-hari,” ungkap Siti Nur Inayah menceritakan kisah pilu keluarganya, Senin (27/8/2018).
Ponisri salah satu tetangga Saji mengatakan, setiap bulanya keluarga Saji sebenarnya mendapatkan bantuan dari pemerintah. Namun bantuan itu hanya berupa beras. Tidak ada bantuan perbaikan rumah ataupun bantuan biaya pendidikan untuk Joko, anak Saji yang putus sekolah. Apalagi bantuan untuk perawatan sakit stroke yang diderita Saji.
“Anaknya dua, yang besar perempuan pinter sudah SMP tapi yang kecil putus sekolah, seharusnya sekarang sudah SD,” ungkap Ponisri.
Ponisri berharap keluarga Saji cepat tersentuh bantuan pemerintah. Utamanya bantuan perbaikan rumah agar layak huni.
“Kami sebagai tetangga sangat prihatin, berharap pemerintah memberi bantuan. Karena rumahnya hampir roboh dan kondisi pak Saji sakit stroke,” imbuhnya.(mua)